TRIBUNTRAVEL.COM - Hipotermia masih jadi satu hal yang paling ditakuti para pendaki.
Kondisi saat tubuh tak sanggup mengembalikan suhu panas karena suhunya terlalu cepat turun ini bisa berakibat fatal.
Termasuk kematian, seperti yang dialami Oki Kumara Putra (17) warga Semarang Utara saat mendaki Gunung Merbabu, Sabtu (6/2/2016) silam.
Lantas, bagaimana bila ada satu kawan kita yang mengalami kondisi ini?
Kenali gejala-gejala hipotermia dan lekas melakukan pertolongan pertama.
Hipotermia merupakan kondisi ketika suhu bagian dalam tubuh di bawah 35 derajat Celcius.
Suhu dalam ini berbeda dengan suhu luar atau suhu kulit.
Suhu tubuh normal adalah 36,5-37,5 derajat Celcius.
Saat kurang dari itu, respon tubuh untuk mengatur suhu akan aktif menyeimbangkan produksi panas dan kehilangan panas dalam tubuh.
"Harus segera dilakukan pertolongan pertama jika ada yang terkena gejala hipotermia," kata Adi Seno, pendaki gunung senior dari Mapala UI sekaligus pemanjat tebing kenamaan Indonesia.
Hipotermia bisa diklasifikasikan sebagai ringan, sedang, dan berat.
Hipotermia ringan terjadi bila suhu dalam tubuh berkisar 34-36 derajat Celcius; sedang terjadi bila suhu dalam tubuh antara 30-34 derajat Celcius.
Terakhir, hipotermia tergolong berat bila suhu dalam tubuh kurang dari 30 derajat Celcius.
Adi Seno menuturkan, beberapa gejala hipotermia antara lain tidak berhenti menggigil, halusinasi, juga muntah-muntah.
Oleh karena itu, harus segera dinaikkan suhu tubuhnya.
Caranya, ganti pakaian basah dengan yang kering, kemudian membalutnya dengan selimut atau sleeping bag.
"Sebisa mungkin satu orang ada yang menghantarkan panas tubuhnya ke orang tersebut," kata dia seperti dilansir dari TribunTravel.com.
Saat menggigil mulai berkurang, 'pasien' bisa diberi minum air putih hangat dan makanan hangat.
Inilah cara termudah untuk mengantisipasi hipotermia ringan.
Jika ia mengalami hipotermia sedang atau berat, harus dilakukan perawatan khusus di rumah sakit berupa rewarming atau peningkatan kembali suhu tubuh.
Penyebab hipotermia bisa beragam.
Selain suhu dan ketinggian, bisa jadi karena pendaki mengenakan baju basah saat tidur atau ketika tidak ada asupan makanan.
"Yang paling fatal sebetulnya jika tidak makan," kata Adi Seno.