TRIBUNTRAVEL.COM - Beberapa orang terutama para ahli terus mencoba memecahkan teka-teki tentang hubungan fase bulan dan gempa bumi.
Dilansir dari Kompas.com, setelah melakukan penelitian jawaban sudah ditemukan.
Satoshi Ide, pakar seismologi dari University of Tokyo, memaparkan temuannya di jurnal Nature Geoscience pada Senin (12/9/2016).
Dia menulis bahwa fase bulan memang jadi satu di antara beberapa faktor yang memicu gempa.
Menurut Ide, gempa besar cenderung terjadi saat purnama atau bulan mati.
Pada saat itu tekanan pasang mencapai titik tertinggi.
Contoh gempa besar yang dipengaruhi oleh fase bulan antara lain gempa yang terjadi di Chile tahun 2010 dan Jepang pada 2011.
Ide menginvestigasi tiga rekaman gempa yang terjadi di Jepang, California, dan berbagai belahan dunia lainnya demi mendapatkan kepastian.
Dia menganalisis tekanan pasang 15 hari menjelang dan sesudah gempa besar.
Hasilnya, gempa di Chile dan Tohoku, Jepang, terjadi saat tekanan pasang mencapai titik tertinggi.
Menganalisis lebih dari 10.000 gempa, Ide menemukan bahwa gempa yang terjadi saat tekanan pasang maksimum punya peluang lebih besar mencapai magnitudo M 8.
"Riset ini adalah cara inovatif untuk menjawab isu yang telah menjadi perdebatan sekian lama," kata Honn Kao, pakar seismologi di Geological Survey of Canada.
"Temuan ini memberikan petunjuk tentang hubungan antara tekanan pasang dan terjadinya gempa besar," imbuhnya seperti dikutip Nature, Senin.
Riset ini tak menyimpulkan bahwa setiap bulan purnama atau mati akan terjadi gempa.
Tak setiap gempa besar terjadi pada saat purnama atau bulan mati.
Kesimpulan riset adalah bahwa tekanan pasang yang terjadi saat bulan purnama atau mati berpotensi memicu transfer tekanan lempeng sehingga memicu gempa besar.
John Vidale, seismolog University of Washington yang selama ini kerap meluruskan klaim kaitan gempa dan purnama mengatakan, hasil riset ini bisa dipertanggungjawabkan.
Meski dipengaruhi oleh pasang, peluang terjadinya gempa di hari tertentu di kawasan yang rawan gempa rendah dan sulit diprediksi. (Kompas.com/Yunanto Wiji Utomo)