Laporan Travel Writer: Iyos Kusuma
TRIBUNTRAVEL.COM - Taman Nasional Tanjung Puting merupakan wilayah konservasi berbagai jenis hewan, terutama orangutan.
Dengan luas mencapai 300 ribu hektare, di sini dapat melihat secara langsung bagaimana orangutan melangsungkan hidupnya di hutan.
Untuk mengeksplorasi Taman Nasional Tanjung Puting, dimulai dengan menelusuri Sungai Sekonyer yang mengalir tenang.
Di antara pepohonan nipah, kapal klotok melaju membelah sungai yang memisahkan wilayah konservasi dengan kawasan perkebunan kelapa sawit.
Tak jarang, kawanan kera bekantan terlihat dengan sangat jelas sedang duduk santai di atas pohon pada waktu sore.
Travel writer Iyos Kusuma akan memberikan delapan tips sebelum berkunjung ke tempat tinggal orang utan di Pulau Kalimantan ini.
1. Pilih waktu yang tepat
Satu hal yang membuat saya terkesan dengan perjalanan ini adalah keheningan dan ketenangan yang ditawarkan oleh alam Kalimantan.
Beruntung, tidak banyak wisatawan yang datang ke Taman Nasional Tanjung Puting pada saat libur Natal.
Sehingga suasana saat itu sangat tenang, tidak terlalu padat dipenuhi wisatawan.

ISTIMEWA/Iyos Kusuma
Menurut pemandu wisata setempat, wisatawan kerap berbondong-bondong datang pada pertengahan tahun, seperti pada Juli dan Agustus.
Silakan datang pada waktu lain jika mendambakan liburan dalam keheningan.
2. Etika berwisata
"Pernah ada orang asing yang digigit buaya di sini. Bandel, dibilang jangan berenang di sungai, malah tetep berenang," kata seorang pemandu wisata mencoba memperingatkan saya untuk tidak melanggar aturan-aturan di taman nasional.
Pada kesempatan lain, telepon genggam seorang wisatawan dirampas oleh orangutan di Camp Leakey.
Padahal pemandu wisata yang sama sudah memperingatkan kami untuk tidak membawa telepon genggam.
3. Penerbangan dari Jakarta
Taman Nasional Tanjung Puting dapat dijangkau dengan menggunakan kapal klotok dari Pelabuhan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.

ISTIMEWA/Iyos Kusuma
Dibutuhkan waktu hanya sekitar 15 menit untuk menuju Pelabuhan Kumai dari Bandara Iskandar di Pangkalan Bun.
Untuk menuju Pangkalan Bun, saya menggunakan penerbangan pagi dari Trigana Air.
Sementara untuk kembali ke Jakarta, saya menggunakan penerbangan siang dari Kalstar.
Perjalanan dari bandara ke pelabuhan dan sebaliknya, saya lakukan dengan menggunakan taksi yang sudah masuk dalam fasilitas dari operator perjalanan.
4. Jaringan telekomunikasi
Sekali lagi, keheningan dan ketenangan adalah satu daya pikat dari perjalanan ini.
Panggilan telepon yang masuk mungkin akan mengusik kenikmatan liburan.
Namun jika sedang menanti kabar yang sangat penting, bisa memanfaatkan jaringan Telkomsel.
Untuk mengisi daya baterai telepon genggam atau kamera, sebuah panel surya sudah disiapkan.
5. Memilih jenis pakaian
Sebagian besar wilayah di Taman Nasional Tanjung Puting memiliki suasana yang lembap, namun cenderung dingin pada malam hari.
Pastikan membawa pakaian yang nyaman, misalnya berbahan tipis dan mudah kering.
Untuk malam hari, sehelai kain tipis atau sarung menjadi satu rekomendasi saya.

ISTIMEWA/Iyos Kusuma
Sementara untuk alas kaki, menggunakan sandal memang membuat nyaman, tapi ketika menyusuri hutan gambut yang basah dan lembap, sepatu bisa melindungi kaki dari gigitan lintah.
Tiga tips lainnya dapat dibaca secara langsung di sini ya.