Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru, Mayonal Putra
TRIBUNTRAVEL, SIAK - Sebagai induk situs sejarah di Siak, nilai-nilai sakral Istana Asherayah al Hasyimiyah atau Istana Siak patut dirasakan oleh pengunjung.
Berbagai benda peninggalan raja hingga kini masih dipercaya mempunyai energi tersendiri.
Bupati Siak Syamsuar mengakui, bahwa sebagian kecil orang yang berkunjung ke Istana Siak memang karena ada hal-hal yang dianggap sakral.
Ada kekayaan cerita dan kisah di dalam istana yang selama ini tidak banyak diketahui.
Seperti hubungan kesultanan Siak dengan keturunan Wali Songo, tepatnya Sunan Kalijaga di Jawa Tengah, hubungan kesultanan Siak dengan Kerajaan Pagaruyung di Sumatera Barat, serta pertemuan Jemaah Tareqat sepanjang Pulau Sumatera.
Benda-benda purbakala di dalam istana mempunyai nilai mistis dan dianggap keramat.
Tak mengherankan jika selama ini tidak ada yang berani mencuri benda-benda purbakala peninggalan Sultan Syarif Kasim itu.
Benda yang menarik di dalam istana adalah cermin permaisuri yang dipercaya bisa membuat awet muda jika seorang perempuan pernah bercermin di sana.
Cermin itu bukan terbuat dari kaca, melainkan dari batu lilin.
Selain cermin, air sumur yang berada di pekarangan belakang istana juga dipercaya sebagai obat yang mujarab bagi segala penyakit.
Air sumur peninggalan raja itu bisa diminum atau dijadikan untuk bersuci.
Juru kunci istana Zainuddin mengatakan, sebanyak apapun air itu diambil tidak pernah kering.
Meski sumur-sumur warga di sekitar istana mulai mengering di musim kemarau, air sumur peninggalan raja tersebut tetap menggenang air.
Keajaiban lain adalah lemari besi berwarna hitam.
Hingga sekarang, tak seorang pun mampu membuka lemari itu. Untuk membukanya, Pemkab Siak sudah mencoba sejak beberapa tahun lalu, namun tak pernah berhasil.
Masyarakat Siak termasuk juru kunci masih penasaran dengan isi lemari itu.
Ada yang menyebut isinya arsip kerajaan, ada juga yang menyebut dokumen penting tentang kekayaan kesultanan.
Namun, semua itu hanyalah perkiraan semata.
Di dalam istana kamu juga akan melihat alat musik bernama komet yang hanya ada 2 di dunia, satu di negara yang memproduksinya yakni Jerman, satu lagi di istana Siak.
Namun yang masih bisa dimainkan hanya yang ada di istana Siak.
Informasinya, alat musik komet ini sengaja dibuat Jerman dengan produksi terbatas pada zamannya.
Di istana, ada belasan meriam yang masih utuh.
Dentuman misterius yang kerap terjadi di sekitar wilayah Siak juga sering dianggap letusan meriam raja.
Tentang meriam istana, Zainuddin bercerita, sekitar tahun 1970 an awal, beberapa meriam di istana dicuri orang tak dikenal.
Meriam berhasil diangkat ke atas kapal pencuri di Sungai Siak.
Begitu kapal melaju ke arah Pekanbaru, kapal itu karam.
Beberapa bulan kemudian, meriam dapat kembali diangkut ke istana.
Pemkab Siak sudah membangun kompleks istana yang terintegrasi dengan situs sejarah lain, serta wisata modern.
Bila sudah selesai berkeliling menikmati benda-benda purbakala di dalam Istana, bisa juga kamu berjalan kaki untuk melengkapi perjalanan itu ke Masjid Syahbuddin.
Di sana kmu dapat berziarah di makam raja terakhir Siak, yakni Sultan Syarif Kasim II, bisa juga berziarah di makam Koto Tinggi, berkeliling di Cina Town serta melihat klenteng tua Hock Siu Kiong.
Di samping itu, kamu bisa juga berkeliling di pasar seni.
Bila senja menjelang, jangan sampai tidak menikmati sunset dan kapal lewat di turap depan klenteng sepanjang hampir 1 km.
Turap yang megah itu menjadi perwujudan konsep water front city kota Siak Sri Indrapura.
Jika kamu berjalan dari depan klenteng melalui turap indah ini, akan kembali ke posisi depan Istana, tepatnya lapangan Siak Bermadah.
Di lapangan ini pula, Pemkab Siak membangun monumen penyerahan kedaulatan Sultan Siak kepada presiden Soekarno di Yogyakarta.
Sayang, monumen ini masih dalam tahap pembangunan.