Laporan wartawan Tribun Pekanbaru, Guruh Budi Wibowo
TRIBUNTRAVEL.COM - Tasik Nambus menyimpan pesona.
Siapa sangka, kawasan air yang luas yang dikelilingi oleh daratan di Kecamatan Tebingtinggi Barat, Kabupaten Kepulauan Meranti, Pekanbaru, Riau, ini menyimpan banyak kisah misteri.
Mulanya tasik yang berwarna hitam ini ditemukan pada tahun 1936 oleh dua orang pemburu pelanduk (kancil, red).
Namun, masyarakat kala itu menilai jika Tasik Nambus merupakan perkampungan makhluk halus, hingga mereka enggan mendatangi.
Kendati demikian, pesona alam yang mengitari Tasik Nambus ternyata mampu menenggelamkan mitos yang berkembang.
Hanya berjarak 40 menit menggunakan kendaraan darat dari Selatpanjang, Tasik Nambus menjanjikan lanskap hutan yang mengagumkan.
Diramaikan oleh pohon meranti, kamu bisa melihat pohon mentangor, punak, dan geronggang berdiri kokoh membentengi Tasik Nambus.
Di bibir Tasik Nambus, nampak tumbuh subur sejenis tumbuhan bakung.
Jika bersemi, bunganya seperti bunga lili atau lebih mirip anggrek berwarna merah muda.
Masyarakat mengatakan, bunga tersebut adalah bunga bakung yang jenisnya hanya tumbuh di Tasik Nambus.
Dari cerita masyarakat desa, wajah Tasik Nambus akan berubah kemerah-merahan pada waktu tertentu.
Bunga bakung yang menutupi kedua sisi wajah Tasik Nambus akan bersemi.
Keindahan bunga tersebut pun kerap membuat para pengunjung turun ke dalam air untuk memetik bunga yang menggodanya.

Tribun Pekanbaru/Guruh Budi Wibowo
Sayang, belum ada satu pun masyarakat yang mengetahui kapan pastinya musim semi itu.
"Selain sekadar berkunjung, Tasik Nambus juga kerap jadi tempat bagi masyarakat untuk melakukan ritual mandi Safar," ujar Gusmidarti, warga Kecamatan Tebingtinggi Barat yang mengaku sudah beberapa kali mengunjungi Tasik Nambus.
Hamparan bakung di tepi tasik pun bisa dinikmati pengunjung dengan menggunakan sampan sauh yang disediakan masyarakat.
Keindahan Tasik Nambus seakan terisolir seiring minimnya fasilitas pendukung.
Akses jalan yang kurang layak juga menjadi penyebab minimnya pengunjung yang datang.
Padahal, jika pemerintah serius mengelola potensi tasik ini, tidak menutup kemungkinan akan menambah pendapatan asli daerah (PAD) di sektor pariwisata.
"Jalan menuju ke Tasik Nambus masih tanah, kalau hujan tidak bisa dilewati dengan kendaraan bermotor. Sangat disayangkan jika keindahan Tasik Nambus hanya terisolir hanya karena jalan yang belum memadai," kata Gusmidarti.
