Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Nurul Hayati
TRIBUNTRAVEL.COM – Membentang seluas 60 Hektare (Ha), Waduk Pusong menjelma menjadi objek wisata.
Awalnya tempat ini hanya penampungan air.
Akhir-akhir ini spot di Kota Lhokseumawe ini malah lebih populer sebagai tempat pelesiran.
Saat malam tiba, maka pengunjung akan mendapati kawasan tersebut bermandikan cahaya yang cantik.
Sebaliknya jika sore hari, rona jingga memantulkan keelokan kota yang diapit pantai tersebut.
Lhokseumawe, kota yang berasal dari kata ‘Lhok’ yang artinya dalam, teluk, palung laut, dan ‘Seumawe’ yang berarti air yang berputar -putar atau pusat mata air pada laut.
Keramba-keramba ikan milik petani setempat menyempil di sudut-sudut waduk.
Di tengahnya, terdapat gugusan bakau menancap di daratan yang menyerupai pulau kecil.
Dari kejauhan, tampak gedung Islamic Center berdiri anggun di jantung kota.

Serambi Indonesia/Nurul Hayati
Waduk Keliling, Aceh
Dari sini pengunjung juga bisa melepas pandang menatap Pantai Pusong yang dikenal sebagai kampung nelayan.
Sesekali burung bangau terbang mengepakkan sayap mengitari waduk yang belum lagi genap berumur satu dekade itu.
Pagi atau sore hari adalah saat yang paling tepat untuk berkunjung.
Meskipun hawa Lhokseumawe terbilang panas, namun semilir angin yang yang dihembuskan dari balik pohon dan ilalang sedikit meredam garangnya matahari.
Menyusuri waduk Pusong bisa dengan berjalan santai atau bersepeda ria.
Ya, waduk keliling yang membentang di Desa Pusong dan Mon Geudong, Kecamatan Banda Sakti, Lhokseumawe, Aceh ini kerab dijadikan pilihan alternatif wisata terdekat oleh warga lokal.
Tak heran, jaraknya hanya terpaut sekitar 2 Km dari pusat kota dengan kemudahan akses yang ditawarkan.
Letaknya persis menempel di belakang terminal dengan kondisi jalan mulus teraspal.
Sisi jalan yang membelah waduk buatan itu dijejali pedagang yang menawarkan makanan dan minuman ringan.
Cocok untuk peneman melepas dahaga.
Bagaimana, sudah siap keliling waduk travelers?
Yuk, cus...