Laporan Wartawan Banjarmasin Post, Yayu Fathilal
TRIBUNTRAVEL.COM - Souvenir Kalimantan Selatan yang satu ini mungkin terlihat aneh bentuknya, yaitu seperti peluru namun berbahan kayu.
Namanya Kacamati.
Bahannya dari kayu gaharu.
Ukurannya ada yang kecil, sedang hingga besar.
Di salah satu ujungnya diberi tali hitam yang berfungsi untuk diikatkan ke pinggang atau dikalungkan ke leher.
Di sekelilingnya diberi tulisan-tulisan rajah beraksara Arab.

Banjarmasin Post/Yayu Fathilal
Kacamati
Iwan, seorang penjualnya di Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, mengatakan, rangkaian huruf-huruf Arab tersebut memiliki arti tertentu.
“Bagi mereka yang bisa memahaminya, biasanya ada artinya. Ini ada fungsinya, untuk keselamatan diri,” sebutnya.
Memakainya pun tak boleh sembarangan karena ada tata cara khususnya.
Memakainya harus dimulai dengan mengucap basmalah, yaitu bismillahirrahmanirrahiim.
“Kacamati ini bisa dikalungkan, bisa juga diikat di pinggang. Kalau yang berukuran kecil biasanya dikalungkan. Yang besar-besar yang talinya lebih panjang biasanya diikatkan di pinggang,” tambahnya.
Kemudian, saat memakainya adalah ketika hendak keluar rumah.
Setelah mengucapkan basmalah, lalu kacamati dikalungkan atau diikat ke pinggang.
Kemudian, pemakainya dilarang menoleh ke belakang, kecuali jika sudah pulang ke rumah.
“Tujuannya supaya yakin saja. Kalau nggak yakin lalu menoleh-noleh ke belakang, biasanya kacamati sebagai penjaga keselamatan diri kita tidak akan berfungsi,” tuturnya.
Bahkan, menurut sejarahnya, kacamati ini dulu diyakini adalah tongkat milik satu di antara khulafaur rasyidin yang juga sepupu sekaligus menantu dari Nabi Muhammad SAW, yaitu Ali bin Abi Thalib.
Kacamati ini dibanderol antara Rp 25 ribu hingga Rp 150 ribu.
“Yang paling kecil Rp 25 ribu, yang sedang Rp 35 ribu dan yang paling besar Rp 150 ribu,” katanya.
Para perajinnya banyak ditemui di Desa Dalam Pagar, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.
Mereka adalah para keturunan Datuk Pelampayan atau dikenal juga dengan nama Syekh Muhammad Arsyad Albanjari.
Di sekitar makam sang ulama ini di Desa Pelampayan Tengah, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, banyak ditemui penjual suvenir seperti ini.
Di beberapa tempat lainnya juga ada.
Suvenir seperti ini biasanya memang banyak ditemui di Kabupaten Banjar.