3. Mengurus isu penyensoran
Alasan ketika yakni untuk mengurus isu penyensoran, tidak semua adegan yang ditampilkan dalam film hollywood bisa diterima oleh semua negara.
Sehingga beberapa adegan yang dirasa kurang sesuai dengan budaya lokal akan mengalami proses pengeditan, misalnya pemotongan beberapa scene.
Dilansir dari cnnindonesia.com, hal ini diakui sendiri oleh mantan petinggi Paramount Pictures International, Andrew Cripps yang mengatakan film barat terbaru selalu dirilis di negara lain duluan agar mereka punya banyak waktu untuk menangani isu penyensoran, penerjemahan bahasa, dubbing, dan faktor lokal lainnya.
4. Melihat respon pasar
Alasan yang keempat yakni untuk melihat respon penontonnya.
Bila animo masyarakat besar dan penonton yang membeli tiket nonton jumlahnya sesuai dengan yang diharapkan, maka sebuah film bisa lanjut dirilis secara luas.
Karena sebagus apapun film Hollywood yang diproduksi, akan dilihat sukses atau tidaknya dari respon penontonnya.
Namun, jika film Hollywood yang diproduksi tersebut ternyata kurang diminati oleh penonton, maka produser film akan mengubah strategi pemasaran agar karyanya bisa diterima dan menarik minat penonton.
5. Hype Machine
Hampir 70 persen penghasilan Hollywood justru berasal dari luar Amerika.
Dua puluh tahun lalu penghasilan dari pasar internasional tak sampai setengah.
Karena itulah mereka tidak main-main dalam menjalankan strategi perilisan film.
Dengan merilis film terbaru di negara dengan populasi tinggi, seperti contohnya Indonesia lebih dulu, kehebohan pun diharapkan bisa tercipta dan 'menular' ke negara lainnya.
Strategi ini juga dikenal dengan nama Hype Machine.