Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Diadaptasi dari Novel Karya Bastian Tito, Film Wiro Sableng Berbasis Budaya Nusantara

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Cast dan kru film Wiro Sableng saat roadshow di kantor Tribunnews Solo, Minggu (2/9/2018).

Laporan Wartawan TribunTravel.com, Sinta Agustina

TRIBUNTRAVEL.COM - Film Wiro Sableng yang diadaptasi dari novel seri karya Bastian Tito resmi dirilis, Kamis (30/8/2018).

Sejak dirilis beberapa hari yang lalu, animo masyarakat yang menonton film ini terlihat positif.

"Seneng banget sama animo yang didapat sejak tanggal 30, sejak premier tanggal 27 sih sampai hari ini, animo di sosial media, beberapa media besar, tanggapannya semua positif dan bagus," jelas produser film Wiro Sableng, Sheila Timothy, di kantor Tribunnews Solo, Minggu (2/9/2018).

• Sherina Makan Serabi Saat Roadshow Film Wiro Sableng di Kota Solo

Menurut perempuan yang akrab disapa Lala tersebut, animo penonton bagi dirinya dan tim menjadi suntikan semangat.

Lala Timothy, Marsha Timothy, dan Sherina Munaf. (TRIBUNTRAVEL.COM/SINTA AGUSTINA)

"Karena film ini proses pembuatannya itu lama sekali, hampir tiga tahun kita berproses," tambahnya.

Roadshow Film Wiro Sableng, Sherina Mengaku Bukan Kunjungan Pertama Kali ke Solo

Beruntung, Lala dan tim mendapat bantuan dari 20th Century Fox.

"Di film ini sendiri walaupun ada 20th Century Fox berproduksi dengan kita, tapi seluruhnya dikerjakan di Indonesia," tuturnya.

Meskipun begitu, Lala mengaku keseluruhan dari film ini dikerjakan oleh orang Indonesia.

"Hanya satu orang dari 977 orang itu orang China, dia tim dari Jackie Chan, action directornya, cuma dia satu, yang lainnya orang Indonesia semua," ungkap Lala.

Berbasis Budaya Indonesia

Dalam roadshow di kantor Tribunnews Solo, Lala mengungkapkan alasannya mengapa memakai seni beladiri pencak silat dalam filmnya.

"Misal kita pake wushu, pake kungfu, kalah kita. Karena kita nggak paham, bukan kita ahlinya," kata kakak Marsha Timothy itu.

Cast dan kru film Wiro Sableng saat roadshow di kantor Tribunnews Solo, Minggu (2/9/2018). (Tribun-Video.com/Radifan Setiawan)

Lala mengungkapkan, jika memakai pencak silat, Indonesia mempunyai ahli yang bisa dijadikan sumber ilmu.

Dalam film ini, Lala dan tim juga sepakat untuk berbasis pada kebudayaan yang dimiliki Indonesia.

Namun, Lala mengaku tak ingin mengambil dasar pada satu suku bangsa atau kebudayaan saja.

"Kita nggak mau ambil satu suku tertentu, jadi kita nusantara, kita selalu ngebayangin indah banget nih bisa satu negara dan Pak Bastian (Tito, red) kayak gitu, campur-campur suku luar biasa itu," jelas Lala.

Kebudayaan Indonesia dalam film Wiro Sableng digambarkan dalam beberapa properti yang dipakai.

Wiro Sableng dan kapaknya (Lifelike Pictures)

Misal beberapa senjata yang ternyata terinspirasi dari mandau, senjata sejenis parang yang berasal dari Suku Dayak, Kalimantan.

Sementara itu, kapak yang dipakai Wiro Sableng terinspirasi dari keris khas Jawa.

"Tapi difantasikan, misalnya diperbesar sedikit sizenya, atau dikecilkan sedikit, tapi semuanya dari riset," kata Lala.

Properti lain yang berbasis pada kebudayaan Indonesia adalah kalung yang dipakai tokoh Dewa Tuak.

"Kayak misalnya Dewa Tuak, Andy /rif itu pakai kalung emas itu sebenarnya dari budaya Nias," tutup Lala.