Laporan Wartawan TribunTravel.com, Ambar Purwaningrum
TRIBUNTRAVEL.COM - Gempa berkekuatan 7 SR kembali mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat pada Minggu, 19/9/2018 lalu.
Bencana itu tak cuma terjadi sekali, bahkan berkali-kali.
Akibatnya, banyak masyarakat yang memilih untuk mengungsi di tempat terbuka untuk menghindari robohnya bangunan akibat gempa.
Tahukah kamu gempa bumi terjadi lebih sering daripada yang kita sadari.
US Geological Survey (USGS) memperkirakan bahwa 500.000 gempa bumi terdeteksi terjadi di dunia setiap tahun.
Banyak lagi yang tidak terdeteksi karena mereka mengenai daerah terpencil atau memiliki besaran yang sangat kecil.
Pusat Informasi Gempa Bumi Nasional (NEIC) menempatkan rata-rata 50 gempa bumi setiap hari, atau sekitar 20.000 per tahun.
Dilansir TribunTravel.com dari laman rd.com, 7 fakta tak terduga tentang gempa bumi.
1. Gempa bumi itu mematikan

Setidaknya 1.230 kematian di seluruh dunia dihasilkan dari aktivitas gempa pada 2017.
• Transjakarta Gratis Bagi Mereka yang Ingin Menyaksikan Langsung Asian Games 2018, Ini Ketentuannya
2. Namun bukan goncangannya yang berbahaya

Sebagian besar cedera dan kematian akibat gempa tidak benar-benar disebabkan oleh tanah berguncang.
Sebaliknya, ketika bangunan dan struktur lain runtuh, jumlah korban tewas meningkat.
Selain itu, gempa bumi sering memicu bencana mematikan lainnya.
Tsunami adalah yang paling umum, terutama ketika episentrum gempa terletak di dasar lautan, dan gelombang besar ini sering membunuh jauh lebih banyak daripada gempa itu sendiri.
• 5 Penginapan Murah Rp 100 Ribuan di Jakarta yang Bisa Disinggahi Usai Menyaksikan Asian Games 2018
3. Bagaimana mengukur kekuatan gempa?

Charles F. Richter mengembangkan skala Richter pada 1935 sebagai perangkat matematika untuk membandingkan ukuran gempa bumi.
Besarnya gempa bumi dicatat oleh seismograf.
Ketika gempa bumi dimulai, pangkal seismograf bergetar tetapi berat yang menggantung tidak.
Pegas menyerap semua gerakan.
Perbedaan posisi antara bagian gemetar dari seismograf dan bagian yang tidak bergerak adalah apa yang dicatat, menurut US Geological Survey .
• Tak Cuma Sekadar Camilan, Popcorn Ternyata Mampu Redam Keinginan Buang Air Kecil Saat Nonton
4. Bagaimana menemukan episentrumnya

Seismolog melacak pusat gempa, atau titik di permukaan Bumi tepat di atas titik asal gempa, dengan mengumpulkan data seismik dari tiga lokasi yang berbeda.
Mereka melacak waktu gelombang seismik tiba di setiap lokasi, dan dari sana, menghitung kecepatan perjalanan gelombang.
Dari sana, mereka dapat menentukan jarak masing-masing titik dari episentrum dan menggambar lingkaran di sekitar setiap titik di peta, masing-masing dengan radius yang setara dengan jarak.
Titik di mana ketiga lingkaran berpotongan adalah lokasi episentrum.
• Sempat Digandrungi dan Populer di Kalangan Remaja, Begini Nasib Terakhir Ponsel Sony Ericsson
5. Yang terbesar yang pernah ada

Gempa terbesar dalam sejarah yang tercatat melanda Chili pada 1977.
Guncangannya diukur 9,5 pada skala Richter.
• Deborah Herold, Atlet Balap Sepeda Asian Games 2018 Asal India yang Selamat dari Terjangan Tsunami
6. Gempa dapat mengubah peta secara permanen

Gempa bumi yang kuat, seperti gempa di Haiti, dapat membuat peta saat ini berubah jelas Science Daily .
"Citra satelit baru dapat membantu upaya penyelamatan dengan memberikan pandangan terbaru tentang bagaimana lanskap telah berubah."
7. Sebagian besar terjadi di area yang sama

Kamu mungkin sudah tahu bahwa beberapa titik lebih rentan terhadap gempa bumi daripada yang lain, seperti Patahan San Andreas California.
Namun kenyataannya, sekitar 80 hingga 90 persen dari semua gempa bumi di dunia benar-benar terjadi di wilayah yang sama dari kerak Bumi.
• Agusen, Destinasi Wisata Alam Baru di Gayo Lues yang Dulu Pernah Jadi Sentra Penghasil Ganja
Sebagian besar aktivitas seismik dunia dapat dilacak ke sabuk ini, yang dikenal sebagai " Cincin Api ," yang membungkus jalannya di sekitar Samudra Pasifik.