Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizki A Tiara
TRIBUNTRAVEL.COM - Siapa sih yang tak suka berlibur ke pantai?
Di pantai, traveler dapat menikmati pemandangan laut yang biru, merasakan hembusan angin sepoi-sepoi, hingga berjalan dan bermain pasir pantai yang halus.
Bicara tentang pasir pantai, ada berbagai macam warna pasir yang ada di dunia ini.
Mulai dari putih, kecokelatan, abu-abu, hingga pink.
Namun, pernahkah traveler merasa penasaran, sebenarnya dari mana sih asal-usul pasir?
Apakah seperti tanah biasa?
Dikutip TribunTravel.com dari laman Bobo, para ahli berpendapat, sebagian dari pasir pantai berasal dari kotoran ikan parrotfish.
Ikan parrotfish sendiri juga disebut ikan kakatua dan merupakan spesies ikan yang tinggal di perairan tropis dan subtropis.
Habitat ikan kakatua meliputi pantai karang, padang lamun, dan terumbu karang.
Panjang tubuh ikan kakatua dewasa bisa mencapai 47 centimeter.
Lalu, bagaimana bisa kotoran ikan kakatua membentuk sebagian dari pasir pantai?
Ikan kakatua sebenarnya memakan alga yang merupakan masalah pertumbuhan terumbu karang karena memicu adanya mikroorganisme.
Oleh karenanya, ikan kakatua bisa disebut sebagai ikan pengeruk.
Ikan kakatua menjadi pelestari terumbu karang dan membantu memakan bakteri dan mikroorganisme lainnya.
Makanan yang masuk mulut dan melalui sistem pencernaan ikan kakatua, akan keluar sebagai feses atau kotoran.
Kotoran ikan kakatua berupa pasir kalsium karbonat murni.
Sementara, ikan kakatua memiliki kemampuan makan yang luar biasa.
Yakni, mencapai 20 kali makan setiap menitnya.
Hal inilah yang membuat seekor ikan kakatua dewasa menghasilkan 362 kilogram kotoran pasir setiap tahunnya.
Jadi, tinggal bayangkan saja berapa pasir yang dihasilkan oleh ribuan ikan dalam setahun.
Meski begitu, perlu diingat tidak semua pasir berasal dari kotoran ikan kakatua.
Pembentukan pasir pantai dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Seperti tempat, sumber, dan lingkungannya.
Tak cuma kotoran ikan, pasir dapat terbentuk dari pecahan bebatuan yang terkikis atau tergerus air laut selama ribuan hingga jutaan tahun. (*)