Laporan Wartawan TribunTravel.com, Sinta Agustina dari Amsterdam, Belanda
TRIBUNTRAVEL.COM - Durasi waktu puasa satu daerah dengan daerah lainnya tentu saja berbeda, tergantung letak geografis daerah tersebut.
Di Indonesia, puasa dilakukan dari matahari terbit hingga tenggelam selama kurang lebih 13 jam.
Baca: Panduan Lengkap Berwisata ke Amsterdam, Mulai Transportasi, Akomodasi, hingga Kuliner
Namun umat Muslim di sejumlah negara di dunia bahkan menjalani puasa hingga hampir 20 jam lamanya.
Seperti di Belanda, umat Muslim di negara tersebut harus berpuasa selama kurang lebih 18,5 jam.

Atas undangan dari Booking.com, TribunTravel berkesempatan mengunjungi Kota Amsterdam pada 22-27 Mei 2018 lalu.
Baca: Mendarat di Bandara Schipol Saat Liburan ke Amsterdam, Maskapai Apa yang Sebaiknya Dipilih?
Benar saja, puasa di Amsterdam dijalani hingga 18,5 jam lamanya.
"Saya tahu, teman saya di sini (Belanda) berpuasa hingga 21.30," kata salah seorang pramusaji di resto yang TribunTravel kunjungi, Kamis (24/5/2018).
Tak heran, puasa Ramadan tahun ini memasuki musim semi, di mana matahari terbit lebih awal dan tenggelam lebih lama.
Berdasarkan pantauan TribunTravel melalui aplikasi Muslim Pro, adzan subuh berkumandang pukul 03.09 waktu setempat.
Sementara itu, adzan maghrib dijadwalkan pada pukul 21.42 waktu setempat.
Jika dihitung-hitung, maka puasa Ramadan tahun ini harus dijalankan selama 18 jam 33 menit.

Kahfi, salah satu awak media Indonesia yang turut diundang oleh Booking.com, menceritakan perbedaan puasa di Indonesia dengan Belanda.
"Karena durasi puasanya lebih lama daripada di Indonesia, tentu ada pengaruhnya ke badan," ungkap Kahfi kepada TribunTravel.
Baca: Berburu Oleh-oleh Makanan di Albert Heijn, Supermarket Primadona Warga Amsterdam
"Beberapa jam sebelum buka puasa, kepala udah mulai pusing dan badan rasanya lebih lemas daripada pas puasa di Indonesia," kata Kahfi.

Kahfi mengaku, berpuasa di Belanda terasa lebih berat lantaran tak banyak orang yang berpuasa.
"Di sana tantangannya jauh lebih berat karena yang puasa di sekitar kita hanya sedikit. Jadi restoran dan tempat makan lainnya buka," ujar alumnus Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia tersebut.
Tantangan lain yang dirasakan Kahfi adalah tak adanya suara adzan di Amsterdam.
"Yang jelas paling beda adalah tidak ada suara adzan dari masjid yang bisa digunakan sebagai penanda imsak dan buka, subuh dan maghrib," kata Kahfi.
"Jadi dikit-dikit harus cek jadwal salat di internet buat memastikan harus sahur dan buka puasa jam berapa," tutupnya.
Dengan perbedaan-perbedaan tersebut, tentu rasanya akan cukup berat bagi turis Indonesia yang terbiasa berpuasa selama 13 jam.
Namun hal ini tentunya tak menjadi halangan untuk menjelajahi Kota Amsterdam bukan?