Laporan Wartawan TribunTravel.com, Ambar Purwaningrum
TRIBUNTRAVEL.COM - Kematian bukan menjadi akhir dari segalanya.
Bagi sebagian kepercayaan, kematian hanyalah awal dari kehidupan di dunia fana.
Untuk itu berbagai tradisi dilakukan oleh mereka yang berduka.
Tujuannya untuk membantu orang yang sudah meninggal mencapai dunia fana dengan tenang.
Beberapa cukup masuk akal.
Namun tak sedikit tradisi kematian yang tampak aneh dan cenderung menyeramkan, seperti dilansir TribunTravel.com dari laman toptenz.net.
1. Makan tubuh mayat

Banyak tradisi berkabung termasuk elemen berbagi makanan untuk menghormati almarhum.
Di Brasil, suku Wari , hingga 1960-an, tubuh orang yang meninggal adalah makanan.
Mereka akan dipotong-potong, dipanggang, dan dimakan oleh anggota keluarga.
Tujuannya sebagai bentuk kasih sayang dan menghormati orang yang meninggal serta sebagai cara mengatasi kesedihan dari mereka yang ditinggalkan.
2. Mengadakan pernikahan untuk almarhum

Tradisi ini masih dilakukan oleh beberapa orang Tionghoa.
Biasanya dilakukan pada orang yang sudah meninggal namun belum menikah.
Mereka beranggapan jika roh pria yang meninggal sebelum menikah akan kesepian dan menyebabkan masalah bagi keluarganya yang masih hidup.
Selama lebih dari 3.000 tahun, pernikahan hantu , di mana dua orang mati yang belum menikah bergabung dalam upacara pernikahan, menjadin cara untuk menenangkan roh bujang yang gelisah ini.
3. Mengambil tulang almarhum dengan sumpit

Ada satu tradisi berkabung tak biasa di Jepang,
Mereka menyebutnya kotsuage,yakni upacara pengambilan tulang.
Tubuh almarhum dikremasikan, dan kemudian ditata seperti kerangka penuh.
Mereka harus menata kerangka menggunakan sumpit.
4. Menari bersama orang mati

Beberapa kelompok etnis di Madagaskar, percaya jika kematian bukanlah alasan yang sah untuk melewatkan reuni keluarga.
Jutaan orang Malagasy terlibat dalam ritual yang disebut famadihana, di mana mayat leluhur yang telah mati dikeluarkan dari kubur, diberikan kain yang baru, dan dibawa untuk berbagi perayaan dengan sanak keluarga mereka yang masih hidup, termasuk pesta, menari, mengejar keluarga, dan, dalam beberapa kasus , menghadiri Misa, sebelum kembali ke makam.
Famadihana adalah saat sukacita, dan ekspresi kesedihan tidak disarankan.
Upacara ini terjadi setiap 5 sampai 7 tahun, umumnya setelah leluhur muncul pada seorang penatua dalam mimpi, menunjukkan bahwa dia menginginkan pakaian baru.
5. Berfoto bersama orang mati

Pada pertengahan 1800-an, fotografi pertama kali tersedia secara luas.
Waktu itu bertepatan dengan epidemi penyakit mematikan seperti kolera di Inggris dan Amerika Serikat.
Untuk memberi kenangan bersama orang yang mereka cintai, mereka melakukan foto bersama.
Biasanya orang yang sudah meninggal akan didandani dan berfoto bersama keluarga yang masih hidup.
Mereka menyebut jenis foto ini dengan nama postmortem .
Para sejarawan memperkirakan bahwa selama 1840-an, foto-foto postmortem tiga kali lebih umum daripada foto-foto pernikahan.